Rabu, 20 Maret 2013

Nikmat bukan di Perut


Penderitaan hidup dan tekanan jiwa yang melanda banyak orang tidaklah disebabkan karena minimnya harta.
Kenyataan yang ada bahwa mereka menderita tak lain karena jauh dari Allah. Ada yang kaya, harta melimpah, jabatan tinggi dan selalu sehat wal afiat. Namun karena ia berpaling dari Allah, melalaikan shalat dan melakukan banyak maksiat, maka Allahmerampas kesehatannya, mempersempit rezekinya, dan membuat selalu resah dan duka dalam jiwanya. Akibatnya, ia hidup terlunta-luta. Satu penderitaan belum lepas datang penderitaan lain. Satu kasus belum tuntas, muncul kasus yang lain lagi. Hidup menjadi dikejar-kejar masalah dan derita.

"Dan barang siapa berpaling dari mengingat-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". (Thaha: 124).

Jadi, penderitaan itu bukan karena sempitnya harta. Tapi penderitaan lebih dikarenakan dosa. Silakan dilihat, betapa menderitanya orang yang berzina. Betapa sengsaranya orang yang mencuri atau korupsi. Betapa susahnya orang yang membunuh. Betapa porak-porandanya orang yang suka mabuk dan judi. Betapa hancur rumah tangga yang suami dan isteri sama-sama selingkuh. Itulah buah dari dosa. Sangat pahit dan getir.

Maka siapa saja yang ingin hidup bahagia, jangan sekali-kali sengaja bermaksiat kepada Allah. Jangan mencari kesenangan dengan berbuat dosa. Kesenangan karena dosa amat singkat. Sementara kesengsaraan yang diakibatkannya berkepanjangan. Jangan ada yang ingin kedudukan dengan cara dzalim, karena bukan kedudukan yang bakal didapat. Justru kehinaan. Jangan ada yang ingin kaya dengan cara haram, karena harta yang haram justru membuat karam dalam hidup.

Kebahgiaan ada pada kelapangan dada. Dan kelapangan dada ada pada kedekatannya kepada Allah dan ibadah kepada-Nya. Maka siapa yang ingin bahagia, beribadahlah dengan baik kepada Allah. Lakukanlah perintah-Nya dan jauhi larangan-larangan-Nya. "Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya lah kamu akan dikumpulkan." (Al-Anfal: 24).

Hanya dengan banyak beribadah kepada Allah hidup menjadi bermakna. Hanya dengan banyak berbuat baik, hidup terasa nikmat. Nikmat itu ada pada hati, bukan di perut. "Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." (Ar-Ra'du: 28)
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar