Rabu, 03 April 2013

Tazkiyatun Nafs, Proses Penyucian Diri


MANUSIA tidak lepas dari khilaf sehingga sering berbuat dosa (melanggar aturan Allah Swt). Pepatah Arab mengatakan, Al-Insanu Mahalul Khoto wan Nisyan, manusia itu tempatnya salah dan lupa. Itulah sebabnya, Rasulullah Saw mencontohkan dengan istighfar (memohon ampunan Allah Swt) hingga 100 kali per hari, demi pembebasan diri dari dosa.

Dengan demikian, pembersihan jiwa atau penyucian diri (tazkiyatun nafs) harus kita lakukan setiap saat untuk membersihkan diri dari dosa yang kita lakukan, sengaja ataupun tidak disengaja. “Sabun pencuci” dosa itu tidak lain adalah istighfar, tobat, diriingi dengan amal saleh.

”Dan Allah tidak akan pernah mengazab mereka selam mereka memohon ampun” (QS. Al-Anfaal:33).

“Sesungguhnya ama-amal yang sholeh itu menghapus dosa” (QS. Hud:114).

Dalam sebuah hadits disebutkan, seorang sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah arti tazkiyatun nufus (pembersihan jiwa) itu?” Rasulullah Saw menjawab, “Tazkiyatun nufus adalah jika seorang hamba mengetahui dan meyakini bahwa sesungguhnya Allah Swt selalu bersamanya, dalam arti Allah senantiasa melihat dan mengawasi segala perbuatan hamba-hamba-Nya, baik perbuatan lahir maupun batin.”

Allah Swt sangat menyukai hamba-Nya yang senantiasa melakukan tazkiyatun nafs.

“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya” (QS. Asy-Syamsy: 9-10).

“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman). Dan dia ingat Tuhannya lalu shalat” (QS. Al-A’la: 14-15).

Menurut para ulama, langkah-langkah Tazkiyatun Nufus antara lain sebagai berikut:

Memurnikan tauhid kepada Allah subhanahu wata’ala
Melaksanakan sholat dengan baik secara khusyu’
Memberikan zakat, infaq, dan sedekah
Menjauhkan diri dari perbuatan dosa
Melakukan instrospeksi diri (muhasabah).

SELAMA Ramadhan, kita mengalami dan menyaksikan prosesi tazkiyatun nafs ini dengan semaraknya amaliah Ramadhan selain ibadah pokok berupa puasa, seperti tadarus Al-Quran, ceramah/pengajian, doa, dzikir, sholat sunah taraweh, mendatangi masjid, dan sebagainya.

Puasa Ramadhan berfungsi untuk menundukkan hawa nafsu sekaligus mengendalikan diri (self control). Ada pendapat, aktivitas menundukkan hawa nafsu inilah sebenarnya yang disebut sebagai proses tazkiytun nafs. Bisa dirasakan, selama Ramadhan ini, aktivitas kita bukan sekadar menahan makan dan minum, tapi juga menahan diri untuk tidak bertengkar, berbohong, ghîbah, atau aktivitas buruk lain karena khawatir mengotori kesucian diri yang sedang berpuasa dan kemuliaan Ramadhan.

Arah tazkiytun nafs selama Ramadhan ini diarahkan untuk mewujudkan ketakwaan, membentuk pribadi Mukmin yang taat secara total kepada Allah Swt. dan Rasulullah Saw. Wallahu a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar