LabeLKu
Nasehat dan Motivasi
(123)
Cerita Penuh Hikmah
(63)
Muhasabah Diri
(51)
Akhlakul Kharimah
(28)
Keajaiban dan Keutamaan
(16)
Hukum Islam
(15)
Tafsir AL-Quran
(7)
Hadist dan Sunnah
(5)
Cerita Mualaf
(3)
Senin, 15 Juli 2013
Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, baik dan berkah di dalamnya…
Aku bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah tiada sekutu baginya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad Shallallahu Alayhi Wa sallam adalah Rasul dan hambaNya. Amma ba’du …
Pembicaraan kita hari ini dengan tema : “ Bagaimana kita belajar diam ” Sebagian orang mungkin heran, apakah diam harus dipelajari?
Yang dimaksud dengan belajar adalah praktek latihan, mengasah dan menjadikan tradisi. Judul ini saya ambil dari perkataan sebagian salaf. Ketika mereka berkata : “ kami belajar diam sebagaimana kalian belajar berbicara“, sekarang ini banyak dilakukan kursus training seni berbicara, seni berpidato dan juga seni bagaimana mempengaruhi orang lain. Namun pada pertemuan ini, kita membahas – Insya ALLAH – bagaimana kita belajar diam. Yang saya maksud bukan diam dari kebenaran, Naudzubillah … atau diam dari amar ma’ruf nahi munkar atau diam dari menasehati manusia atau diam dari mengarahkan dan memberi petunjuk kepada mereka … bukan sekali-kali bukan !!! yang aku maksud adalah diam dari senda gurau, diam dari kata-kata bathil diam dari katanya dan katanya …serta perkataan yang tidak ada faedahnya baik bagi diennya maupun dunianya.
Rabb kita Azza Wa Jalla telah mensifati orang beriman dalam kitabNya yang mulia :
” Sungguh beruntung orang orang yang beriman. Yaitu orang yang khusyu’ dalam sholatnya dan orang yang menjauhkan diri dari ( perbuatan dan perkataan ) yang tidak berguna ( Al Mu’minun 1-3 )
Allah Azza Wa Jalla memuji orang-orang beriman yang menjauhi senda gurau . senda gurau disini adalah perkataan bathil. Dan Nabi Shallallahu Alayhi Wa Sallam bersabda : “ Barangsiapa yang beriman kepada ALLAH dan hari akhir maka hendaknya berbicara yang baik atau diam” Perhatikanlah wahai ikhwah … Rasulullah Shallallahu Alayhi Wa Sallam mengaitkan diam dengan permasalahan aqidah yakni iman kepada Allah dan hari akhir. Aqidah yang dikaitkan dengan persoalan diam. Allah Azza Wa Jalla juga berfirman : “ Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada disisinya malaikat pengawas yang selalu siap ( mencatat ) ” ( Qoof 18 ).
Ada Tiga permasalahan yang akan kita bahas dalam majelis kita, walau sebenarnya banyak permasalahan dalam tema ini, namun dalam pertemuan ini kita hanya akan membahas 3 perkara.
Masalah pertama : Bahwa kita tidak mengenal kalimat ” Allahu A’lam” dalam majelis kita. Kita dapati dalam majelis kita yang membicarakan banyak bidang, yakni bidang syar’i, kedokteran, politik dan segala bidang lainnya, seseorang berkata “ ini pendapatku” yang itu berkata “ saya kira ” dan yang ini berkata “ yang saya yakini” dia tidak tahu kalimat “ Allahu A’lam ” bahkan kalimat Allahu A’lam termasuk aib sebagaimana sebagian orang berkata demikian. Padahal sebagian salaf berkata “ Allahu A’lam adalah setengah ilmu“
Masalah kedua : yaitu dalam majelis, tidak ada sifat “ diam dengan baik ” kepada orang lain. Ada perbedaan antara “ diam” dengan “ diam yang baik ”, masing-masing kita tidak punya sifat diam yang baik kepada orang lain. Baik orang lain itu anak kecil, orang bodoh atau bahkan wanita !!! ketika misalnya berbicara dengan isterinya kita lihat tidak kita dapati sifat diam yang baik, yakni ia malah sibuk dan tidak memperhatikan. Kita tidak memperhatikan atau mendengar kepada orang lain kecuali kepada orang tertentu saja. Kepada orang yang punya gelar, kedudukan, memiliki posisi social, kita akan diam dengan baik, ini semua akibat tidak mempelajari sifat diam.
Masalah ketiga yang kita bahas di majelis ini bahwa sebagian orang yang diuji, ia senang jika ia duduk di suatu majelis, dia merasa senang jika 70 % atau 80 % dari majelis semuanya memperhatikannya, dia yang harus menyampaikan, mengemukakan dan yang menilai, ia senang jika semua orang di majelis memberikan perhatian kepadanya. Hal Ini termasuk kesalahan, walaupun orang ini misalnya syaikh dan alim jika ia memberi nasehat, bimbingan dan menjawab pertanyaan terkadang bisa diterima. Akan tetapi jika ada seseorang yang tidak tahu terhadap sebuah ilmu atau kurang pengalaman dan yang lain, begitulah dia ( yakni tidak ada perhatian )
3 permasalahan ini adalah pengaruh dari tidak belajar diam, termasuk renungan kita bersama pada pertemuan ini adalah keseimbangan iman bukan keseimbangan olah raga fisik. Perhatikan keseimbangan tentang ini .. ! keseimbangan ini saya kumpulkan dari perkataan para ahli hikmah yaitu 7 hikmah dari hikmah yang terbaik dalam bab ini, yaitu bab diam.
Hikmah pertama : “ Barangsiapa yang banyak bicaranya banyak pula dosanya“. Yaitu jika manusia semakin banyak bicara maka akan menyebabkan ia kepada dosa. Dan begitu juga sebaliknya, jika engkau sedikit bicara maka engkau sedikit pula dosanya.
Hikmah kedua : “ Barangsiapa yang sempit hatinya maka akan leluasa lisannya” sebagian orang yang hati dan dadanya sempit, maka kamu dapati lisannya leluasa mencela, menyakiti, mentalak, melaknat dan menuduh orang lain begitu juga sebaliknya “ barangsiapa yang luas hatinya maka akan sempit lisannya ( tidak banyak bicara ) ”.
Hikmah yang ketiga : ” barangsiapa yang sibuk dengan hal yang tidak bermanfaat maka ia akan kehilangan hal yang bermanfaat” artinya kita dapati sekarang ini manusia sibuk dengan melihat acara-acara media yang rusak dan membaca majalah-majalah lucah, barangsiapa yang melakukannya maka ia terhalang dari banyak sekali ketaatan dan ibadah.
Hikmah keempat : mereka ahli hikmah berkata : “ barangsiapa yang banyak akalnya maka sedikit bicaranya dan barangsiapa yang sedikit akalnya maka banyak bicaranya” SubhanALLAH, ungkapan ini, tentu engkau dapati orang yang paling sedikit berkata : ” katanya dan katanya ” mereka ini adalah ahli ilmu sedangkan orang-orang yang banyak mengatakannya adalah orang bodoh.
Hikmah kelima : para ahli hikmah sepakat bahwa “ kunci utama hikmah adalah diam” ini tidak perlu lagi ada penjelasan.
Hikmah keenam : para ahli hikmah ditanya tentang sifat pencela. Siapakah pencela ? mereka menjawab : “ jika tidak ada orangnya ia mencelanya dan jika ada maka ia akan menggunjing orang lain“ ini adalah sifat yang aneh!!! Jika ia jauh darimu, ia mencelamu, dan jika engkau ada maka ia menggunjing yakni menggunjing orang lain, sehingga kamu tidak selamat darinya dan orang lain pun tidak akan selamat darinya.
Hikmah ketujuh ( terakhir ) : para ahli hikmah berkata : “ barangsiapa yang sibuk dengan keadaan orang lain maka keadaan dirinya akan hilang ” engkau dapati sebagian orang berkeinginan besar untuk menjadi yang menjadi pertama kali tahu tentang kabar berita orang lain, jika ia mengikuti kabar manusia untuk kemaslahatan atau untuk faedah maka bisa diterima, namun begitulah, ia senang apa ? senang bertanya apa yang dilakukan si fulan ? apa yang dikerjakan si fulan ? lalu apa yang terjadi ? maka yang terjadi adalah keadaan dirinya hilang yakni ia tidak melihat keadaan dirinya, keadaan pribadinya dan tentang aib-aibnya.
Termasuk renungan yang perlu kita renungkan bersama dalam pertemuan ini adalah tema, “ bahasa diam dalam dunia wanita ” dunia wanita sekarang adalah dunia yang mengherankan dan aneh, mereka tidak tahu diam, wanita dalam majelis tidak tahu bahasa diam padahal diam itu bermanfaat dan berfaedah, tentu pertama mereka membicarakan tentang makanan, kemudian tentang sesuatu yang lain, kemudian tentang dunia pernikahan kemudian masalah pengasuh anak, lalu tenang dunia anak-anak, artinya dalam suatu majelis para wanita ini biasa membahas 32 tema masalah dan idak mendapatkan faedah atau hasil apapun. Diantara pemahaman yang salah, dan ini satu perenungan juga bahwa sebagian orang yang selalu melihat kepada orang yang lebih mengutamakan diam atau orang yang tidak pandai bicara dengan orang lain yakni orang melihatnya dengan pandangan negative, cela dan memiliki kekurangan, padahal ini bukanlah sebuah aib !!! … maaf, orang yang tidak pandai atau banyak bicara bukanlah aib !!! tetapi yang aib adalah jika seseorang banyak berbicara, Nampak apa ? kesalahannya.
Sekarang wahai saudara-saudara yang mulia … kita bahas tentang langkah apa yang harus ditempuh ? atau bagaimana kita belajar diam secara praktek, bukan hanya secara teori, bukan ! tapi secara praktek. Langkah pertama dalam metode belajar diam adalah :
Pertama : merasa malu kepada Allah Azza Wa Jalla … demi Allah, wahai saudara-saudaraku yang mulia alangkah indah dan mengagumkannya bahwa seseorang merasakan dalam hatinya, keyakinan rasa malu kepada Allah dalam perkataannya, perbuatannya, tingkah lakunya, tindak tanduknya dan seluruh keadaanya. Demi Allah yang tiada Ilah kecuali Dia seandainya manusia merasakan keyakinan rasa malu kepada Allah maka Demi Allah … ia akan merasakan kelezatan, kesenangan, kebahagiaan dan ketenangan.
Berapa banyak perkataan yang kita ucapkan, tetapi tidak keluar dari hati kita. Malu kepada Allah, seorang hamba yaitu dengan apa ? malu jika batinnya tidak sesuai dengan dhahirnya, engkau dapati jika ia sendirian, ia bermaksiat kepada Rabbnya Azza Wa Jalla dan jika ia bersama manusia, ia nampak orang baik dan bertaqwa. Seorang hamba patut malu kepada Allah, bahwa Allah melihatmu sedangkan engkau sholat, jasadmu bersama ALLAH, sedangkan hati bersama makhluk, bersama dunia … Laa Haula Wala Quwwata Illa Billah … Sungguh indah seseorang yang malu kepada Allah hingga dalam perkataan dan ucapannya, bagaimana ketika Allah melihatmu sedang saat itu kita kata melafadzkan kalimat yang tidak diridhoi Rabb kita Azza Wa Jalla.
Sebagian salaf berkata, diantara tanda Al Maqt ( kemurkaan Allah ) tanda kemurkaan Allah atau penghinaan Alah kepada hambanya yaitu berbicara pada hal yang tidak bermanfaat. Ini termasuk tanda kemurkaan! Perhatikanlah ! hati-hatilah ! dan murka itu lebih keras daripada marah. Rabb kita Azza Wa Jalla berfirman : “ Wahai orang-orang yang beriman ! mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan ( sangatlah ) besar murka Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. ” Dan murka itu lebih keras dari marah.
Ini adalah faktor pertama, wahai saudara-saudaraku yang mulia bahwa langkah pertama yang dilakukan seseorang adalah selalu merasakan malu kepada Allah yang Maha Agung, Maha Besar, Maha Kuasa, Maha Mendengar dan Maha Melihat Subhanahu Wa Ta’ala yang mana tidak ada sesuatupun yang tersembunyi padaNya, maka Anda harus merasa malu kepada Allah tatkala engkau berkata dengan kalimat-kalimat yang Allah Azza Wa Jalla tidak ridho dengannya, dan dimurkaiNya.
Kedua : termasuk langkah nyata dan sebab-sebab kita dapat mempelajari diam adalah jadikanlah ia kaedah atau ciri utama dalam kehidupanmu, pikirkanlah sebelum engkau berbicara, biasakan dirimu, latihlah lisanmu, memang lisan itu perlu latihan dan percobaan. Latihlah dirimu sebelum menyatakan persoalan apapun di suatu majelis atau kalimat apa saja, engkau memikirkan dahulu perkataan itu, pikirkan sebelum engkau apa ? sebelum engkau bicara ! sebagian orang ada yang pesimis dengan hal ini … ia berkata hal itu sulit, berat dan susah …ini hanya perlu berlatih, berlatih, dan berlatih lagi hingga selanjutnya mudah bagimu. Sedangkan kita dalam perkara dunia, sebelum maju melangkah dalam program-program dunia selalu berfikir dahulu, sebelum maju untuk menikah ia berfikir, bermusyawarah dan bertanya, sebelum ia ingin membeli rumah, sebelum berfikir untuk membeli mobil, sebelum maju untuk bekerja. Perkataan tentang dunia apa saja ia akan berfikir terlebih dahulu hingga tercapai dengan baik maka fikirkan sebelum engkau bicara!
Oleh karena itu sebagian ahli hikmah berkata : “ termasuk tanda kebodohan, perhatikan ! termasuk tanda kebodohan, adalah berkata pada hal yang tidak bermanfaat” termasuk tanda kebodohan adalah sifat ini. Engkau berkata pada hal yang tidak bermanfaat.
Banyak orang duduk dalam suatu majelis dan menghabiskan waktu 1 jam, 2 jam atau 3 jam, berbicara pada hal-hal yang tidak dapat menggemukkan dan tidak pula membuat kenyang ! ini termasuk sikap yang mengesankan, yaitu sikap tarbawiyyah ( pendidikan ) yang kita pelajari dari sikap ini. Diriwayatkan oleh sebagian orang sholeh bahwa ia hendak mentalak isterinya, ” berniat” mentalak isterinya, baru berniat saja lalu dikatakan kepadanya, apa yang membuatmu ragu dengannya ? mengapa engkau mentalaknya ? apa yang ia katakan ? maka apa yang ia katakan? ya akhi … Demi ALLAH kata-kata ini ditulis dengan tinta emas jadikanlah kalimat ini sebagai prinsip hidup. Orang sholeh itu berkata, dengarkan dan perhatikan !!! … ia berkata : ” orang yang berakal tidak akan membuka tabir rahasia isterinya “, dan ketika ia telah mentalaknya, mereka bertanya lagi, mengapa engkau mentalaknya ? ia menjawab : “ apa hubungannya diriku dengan wanita itu ? ia sekarang bukan tanggunganku lagi, apa hubunganku dengannya, saya tidak akan membicarakan orang lain.” Kita saat ini, memohon kepada ALLAH yang Maha Agung agar memaafkan kita dan tidak menghukum kita serta merahmati kita seandainya ada salah seorang yang mentalak isterinya, maka ia akan langsung saja menceritakan seluruh hidupnya dari sejak malam pertama hingga 5-6 atau 7 tahun sepanjang sejarah hidup bersamanya.
Ketiga : termasuk langkah praktek – nanti kita cukupkan sampai empat langkah saja – adalah mempersedikit bergaul dengan manusia atau arti lain menyendiri yang syar’i.
Imam Ibnul Qayyim Al jauziyyah berkata : “ termasuk perusak hati adalah banyak bergaul dengan orang lain.” Tidak dibenarkan jika seseorang dari pagi hingga sore selalu bersama manusia. Selalu berbicara dengan manusia, ini tidak dibenarkan ! bagi seorang muslim minimal harus apa ? harus ada waktu menyendiri bersama Rabbnya dan di malam harinya juga ada waktu. Saya beri contoh kepada kalian, waktu antara maghrib dan isya banyak sekali masjid dan tidak ada seorangpun antara maghrib dan isya memiliki waktu, satu jam saja ! hanya antara maghrib dan isya engkau berdzikir kepada Allah, shalat, berisighfar kepada Allah, membaca buku yang bermanfaat dan berfaedah. Didiklah jiwamu, biasakanlah dirimu untuk menyendiri.
Ya … sebagian orang merasa sempit dadanya, merasa kesepian. Ia berkata : aku tak mampu untuk duduk sendirian, merasa sempit dan kesepian, kami katakan inilah penyakit pada kepribadianmu !!! dikatakan kepada salah seorang yang sholeh : tidaklah engkau kesepian ketika sendirian ? ia menjawab : “ bagaimana aku akan merasa kesepian ? sedangkan aku duduk bersama yang mengingatku ! ” Allah berfirman : “ Ingatlah aku maka aku akan ingat kalian ” Allah mengingatmu ! diriwayatkan dari sebagian orang sholeh bahwa ia berkata kepada sebagian para shahabatnya ketika mereka mengunjunginya dan ingin keluar darinya, ia mewasaiatkan kepada mereka kata-kata yang bagus dan mengagumkan, ia berkata jika keluar dariku maka berpisah-pisahlah kalian dan semoga salah seorang dari kalian ada yang membaca al-qur’an di tengah perjalanannya, membaca Alquran dan berdzikir kepada Allah.
Ya perbuatan berkumpul, selalu berkumpul dengan manusia mendorong untuk saling bercakap-cakap tapi ketika seseorang dalam sebagian waktunya menyedikitkan atau tidak berkumpul dengan manusia adalah bagus. Ia telah belajar berkaitan dengan mempersedikit bicara. Oleh karena itu engkau dapati sebagian orang jika ingin pergi dalam perjalanan panjang misalnya 1 atau 2 jam, ia akan menghubungi sebagian temannya dan berkata : maukah engkau pergi bersama menemaniku dalam perjalanan ? baiklah wahai akhi … gunakanlah waktu ini … engkau sibukkan dengan mengulang hafalanmu, berdzikir kepada Allah, merasa berdiri di hadapan Allah dan berdoa kepada Allah. Jelaslah bahwa masalah kita adalah kita tidak terbiasa menyendiri, kita tidak terbiasa menyendiri dalam waktu 1, 2 atau 3 jam saja. Kita cepat merasa dadanya sempit, merasa apa ? kesepian dan kesempitan.
Sebab terakhir yang membantu kita untuk diam adalah dengan memperbanyak berdzkir kepada Allah, Umar Bin Khottob berkata “ mengingat manusia itu penyakit dan mengingat Allah adalah obat ”.
Rasulullah Shallallahu Alayhi Wa Sallam sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Umar ia berkata kami menghitung Rasulullah Shallallahu Alayhi Wa Sallam dalam satu majelis 100 x membaca “rabbighfirlii wa tub alayya innaka anta tawwaburrahiim ” dalam satu majelis ! engkau biasakan dirimu misalnya ketika pergi ke suatu majelis katakanlah pada dirimu sendiri : Aku tidak akan keluar dari majelis ini hingga aku mengucapkan ” Astaghfirullah ” 100 x dan bershalawat 10 x misalnya atau aku akan berkata ” SubhanALLAhul adzim subhanaALLAh wa bihamdih 100 x . program ini menjadikanmu apa ? engkau akan sedikit berbicara, ia akan mendidik dan membiasakanmu untuk diam.
Mengapa kita membahas tema ini wahai saudaraku yang mulia dalam akhir pertemuan ini. Hasil dan faedah kita membahas tema ini adalah bagaimana kita belajar diam. Hasil dan faedahnya besar sekali yaitu bahwa termasuk lurusnya hati adalah dengan menjaga lisan. Sebagian salaf berkata : “ jika engkau ingin hatimu baik, maka minta tolonglah dengan menjaga lisanmu. Maka minta tolonglah dengan menjaga lisanmu. ” Alangkah indah, bagus dan manisnya jika seseorang melatih dirinya sendiri. Kita memberi pelatihan kepada orang lain tapi apakah engkau sendiri juga berlatih ? dengan akhlaqmu, tingkah lakumu, lisanmu, engkau latih sendiri engkau ajari dan didik sendiri, aku tidak akan banyak bicara, aku tidak akan mengucapkan kata-kata, tema yang aku sampaikan, aku berusaha untuk menjaga kata-kata, mengendalikan lisan dan Allah akan menolong hambanya jika Dia melihat kejujuran darinya, sebagiamana perkataan Ibnul Qayyim : “ Jujurlah dalam mencari maka akan datang pertolongan kepadamu ” hikmah yang sangat mengagumkan!!!
Aku memohon kepada Allah yang Maha Mulia pemilik Arsy Yang Agung untuk memberi petunjuk kepadaku dan kalian kepada apa yang Allah cintai dan ridhoi dan akhir dakwah kami “ Alhamdulillah rabbil Aalamiin.”
(Oleh: Syaikh Abu Zaid Al-Kuwaity)
(gashibu.com/arrahmah.com)
Label:renungan, hati, kisah, motivasi, nasehat
Akhlakul Kharimah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar