Selasa, 16 Juli 2013

• Musyahadah berpangkal dari kata “syahidna”
Pada surah Al-A’raf seratus tujuh puluh dua.
Kala ruh insan berbai’at di alam arwah
Allah bertanya: ”Alastu bi robbikum?”
Adakah Aku (Allah) Tuhanmu?
Ruh insan menjawab: ”Bala syahidna.”
Pasti ya Allah, kami bersaksi.
Maka didunia manusia dituntut
Untuk bersyahadat dengan patut
Menuhankan Allah, bertasyahud
Bahwa Allahlah dzat yang wajibul wujud.

• Musyahadah bukan sekedar mengucapkan syahadat,
Melainkan, kesaksian hati di hadapan Allah Al-Ahad.
Lisannya musyahadah dengan membaca syahadatain.
Nuraninya musyahadah dengan iman yang yakin.
Kalbunya musyahadah dengan taqarrub bil batin.
Raganya musyahadah dengan amalan shalihin.

Shalat berdasar musyahadah maka shalatnya khusu’.
Sedekah berdasar musyahadah maka sedekahnya
Ikhlas.
Beramal berdasar musyahadah maka amalnya tulus.
Hidup berdasar musyahadah maka hidupnya lurus.

I a d a p a t
Merasakan kehadiran Allah pada setiap ibadahnya.
Merasakan kehadiran Allah dalam seluruh hidupnya.
Bahwa Allah selalu memantau mengawasinya.
Bahwa Allah selalu hadir menyertainya.
Bahwa Allah selalu dekat di dalam hatinya.

• Musyahadah hasil kontemplasi,
Hasil perenungan yang penuh konsentrasi
Musyahadah tatap batin yang tanpa ragu,
Kesaksian batin kepada Allah Yang Maha Satu.
Hanya kepadaNya kita mengabdi, kita berbakti.
Hanya kepadaNya kita bertuhan, sepenuh hati.

• Musyahadah pangkal segala ’aqidah.
Musyahadah pangkal segala ibadah.
Beribadah tanpa musyahadah ibarat
Menulis kata-kata indah di udara, atau
Melukis panorama indah di lautan
Meskipun indah tetapi tiada bekasnya,
Meskipun elok tetapi hanya fatamorgana..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar